Minggu, 25 Desember 2011

G E R A H


Seketika datang angin menjengukku
Tertatih tiap nafas hembuskan dosa
Geliat hasrat cicipi derita
Bayangkan dunia tanpa gelak tawa
Seketika menyembur serapah
Sesunyi belaian salju di pagi buta
Terselimut kabut dirundung mega


Selentingan manusia mulai membatu



Bagaimanapun cinta meronta
Dikekang dibelit tali pelana
Menyusup bagai gerilya
Porandakan jiwa terbangun karang



Rintih
Semu
Muram
Durjana
Seutuh nisbi mereguk secawan dosa
Senista tubuh mandikan nanah

Terkutuk dan hina

Sabtu, 24 Desember 2011

Prelude

Dari sebuah pelabuhan yang lama
Menanti kisah perjumpaan dan,
Kasih perpisahan sungguh
Menafikan sejuta makna pesona


Menyandarkan harapan juga kepalsuan
menebarkan benih kebencian
pada peninggalan masa silam
tentang cinta dan persahabatan


terlalu dini untuk ucap selamat tinggal
namun cukup lama untuk bersulang
Masa dan tempat hanya diorama
Parapox sejarah yang terulang


Dari tiupan angin
dan,
dongeng para saudagar
Menjual janji serapah di setiap lalu lalang
yang kita pajang sebagai hiasan
di rak-rak buku
lemari,
hingga kasur pembaringan




apakah ini ? Kebohongan ?

Senin, 11 April 2011

pembodohan cinta

sejak kehormatan tercabik hati
kala itu sgala nista meletuk
lacur dunia dg tipu muslihat
mrajam jalan hdup sang kafilah
yang nestapa smpai ujung hayat..

hanya dia..
apakah pertanyaan atau prnyataan
yang bodoh menipu genggam takdir
menyeruak lucuti sgenap dosa raga..

mimpi aneh sjajar carut marut dunia
saling sengkarut kjahatan tak kasat mata spanjang sjarah
kcelakaan anti-tesis ttg repr0duksi masal
trk0optasi paradox k0ntrol kmanusiaan..

egalite

Sendirian menikmati kopi
sore hari dengan selembar koran kemarin

kepulan sebatang

 rokok senyawa dengan udara
bergelombang semburan suara dari radio
gairahkan birahi yg mulai lusuh

sekarat

jeruji besi ku terlahir
buta dan tak dpt mndengar
buntung dan tak dpt mrasakan
hdup tapi merasa mati
mnurut apapun yg dkehendaki
tuanku majikanku pmimpinku

aku tak sendiri
bnyak saudaraku yg sama
cuma mngekor cuma mnurut

buta
bisu
tuli
buntung tangan dan kaki
hingga akal dan nurani tak lagi berfungsi

makan
minum
kencing
berak
cuma itu yg kami lakukan
hingga birahi pun dkebiri

putus asa?
tidak juga..ku masih punya mimpi
smua akan mulai stelah mati
entah diatas atau dibawah
smua mnunjukkan eksistensi
sebagai manusia sejati

parodi nyinyir

terpelanting sekejap kujur badan
menghenyak lelap saat terlelap
jeri nista sgala yg d0minan

serasa sunyi bumi berpijak
dg sesuatu yg formal palsu
mengabdi kebodohan dan hanyut pada fana
kerlip mentari mengejek makhluk dan isinya

runtuh sgala dinding elegi
yg slama ini k0koh bersama kepalsuan
kemapanan 0m0ngkos0ng yg nistakan badan
trenyuh miris hati meradang

pada apa apa yg akan kulakukan
tak pernah peduli dg setan maupun dosa
sejenak meratap merutuk mencaci
kala sedusedan jiwa yg mer0nta

bahwa tiada yg abadi
tiada yg kekal dikikis usia
dunia makin renta
rapuh menanggung beban dosa manusia

Penantian Yang Sia-sia


Aku
Hanyalah sekerat daging
Busuk
Menjijikan
Kering

Aku
Hanyalah onggokan tulang
Rapuh
Mengerikan
Jalang

Aku
Berjalan diatas bumi yang letih
Angkuh
Congkak
Dengan tertatih
Berak dan kencing di atasnya
Tanpa peduli apa yang akan terjadi

Aku
Terkekeh
Terbahak
Tertawai diri sendiri
Sosok berlumur darah
Berlagak pahlawan

Aku
Benci aku
Benci segalanya
Menari mengejek dunia
Bernyanyi teriakkan kehinaan

Aku
Coba pahami kenisbian
Yang menyeret kepada jelaga
Hingga legam sekujur jasad
Dan kini..

Semua percuma

toto on blog: Bagaimana Menciptakan Sugesti

toto on blog: Bagaimana Menciptakan Sugesti: "Sebuah Tanya yang Kerap Muncul bagi Seorang Pencipta Puisi Sugesti jika dirunut pengertiannya berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia susuna..."

huh..!

kosong...
berharap teratai menjuntai
temani liukan sang bayu melambai
sia-sia...
berlari mengejar matahari
angkuh acuhkan derita manusia
dingin...
lembab sang malam
hadirkan gelap yang enggan

tinggal reruntuh kesombongan
yang masih tersisa disini
merapat sunyi bersama
bongkah karang terjal nan tajam
tertatih angan melata sepanjang usia
berlumur noda sampai senja tiba

payah...
sampai kapan mendung menghalang
hangatnya jiwa tuk bersua kembali

kini...

ketakutan...?!

lilin

dirimu
dalam guratan pena
seperti senja
teduhkan jiwa yang kecewa

nafasmu
dalam balutan tinta
setiap desahnya
membekas selamanya

seraut wajah sendu
sibakkan sekat sekat rindu
menyusup ke balik kalbu
senandungkan lagu lagu

kau susun serpihan hatiku
yang lama tercecer membeku
kutak pernah tahu
untuk apa kau lakukan itu

untuk kau hancurkan lagi
atau
untuk kau simpan dalam
lemari hatimu

spektrum

kerlip pelangi sejenak enyahkan gundah
merajuk coba menyusup ke dalam lara
bersijingkat menembus rongga dada
liuk sinarnya ber-warni warna
luruhkan sejenak gulita yang mendera

senja pun tiba menghapus jejaknya
berganti kerlip bintang bersama gelap
mengiring lelah basah hujan seharian
sedikit rerabut jingga sisakan pedih
tinggalah sendiri menghitung bintang

masih termangu mencari penghibur
hilir mudik,silih berganti dengan irama
gelap dan terang cuma spektrum
mengubah nada jejolak dalam dada
marah
bahagia
sedih
luka
hitam
putih

sementara tak terasa mengintip fajar
sepercik sinar horison pertanda bintang tuk pulang
waktunya mentari hangatkan bumi
temani hari hadapi realita
betapa dunia serapuh manusia
segala nista dapat merubahnya

Fear

muak,
mual muntahkan semua
benci;
dengki;
serakah;
palsu;
kesal;
kacau;
bersama sama kotoran dalam usus besar
menggelepar
semerbak baunya
seperti kentut yang tertahan
meruap anyir semua sisa sisa


segala kebusukkan takkan bertahan
sampai waktunya tersadar
betulkan segala yang tak benar


heh....!?
Aku melantur
entah apa yang hinggap
cuma wabah omong kosong


sindrom ketakutan

insanity syndrome

kegilaan
gila
sinting
nikmat,satu cara melepas dari dunia
tanpa harus tinggalkan raga
membuang nafsu angkara
walau bingung menatap pelangi
tanpa busana berlagak seperti penari
dibumi
yang bersedih dicampakkan langit
letih kewarasan mengadah hujan
apakah segala tampak sama
walau kadang keinginan berbeda
tak peduli dunia ingin keseragaman
hakikat makhluk penuh perbedaan
bergerak menembus kemapanan
hasrat gila mengiring
carut marut dunia hedonis
hingar bingar politik praktis
menggilas alam yang menangis
bermandi darah anak anak lapar
menyantap hak mereka
merampas kebebasannya
tanpa sungkan berpesta diantara mayat
mayat kurus nan rapuh tak punya rumah
keparat pemakan bangkai manusia...
Koruptor !

ironi

katakanlah cintaku
apakah engkau masih menungguku
jauh nun disana pelangi meredup
ataukah hanya mimpi konyol dimalam minggu


separuh gerhana melebur sebagian rindu
memendam setengah cinta yang gila
menikung
menurun
menanjak
tak ada beda


katakanlah cintaku
untuk siapa rindumu
senyap orang-orang menyapa
mengigau tentang kehormatan
martabat
atau apalah namanya


aku tak pernah peduli
budak-budak
robot kapitalis
mesin hedonis
atau apalah namanya


katakanlah kasihku
tentang masalalu
masa lampau
dan masa yang lewat
tentang sungai-sungai
mengalir jernih
rimba belantara
tempat para hewan bercengkerama
laut yang luas
dan makhluk-makhluk didalamnya


katakanlah kasihku
masihkah engkau mendengarku
saat pulsa di ponselku mulai menipis
engkau mungkin sudah terlelap
dibuai penyejuk udara mobilmu
sementara ibu kosku berteriak
menagih tunggakan 2 bulan

Selamat Malam

wahai bumiku

apa kabarmu

kulihat manusia
masih menyiksamu

dan kau sepertinya

belum bosan

maaf

itu memang yang terbaik
memang salahku
tak seharusnya kumencintai
maafkan aku yang telah bimbangkan hatimu
telah kuungkap betapa diri ini bangsat
dan ternyata memang
aku tak pernah bisa
menjadi seperti yang kau pinta

dunia kita jauh berbeda
kita tidak ditakdirkan bersama
sakit itu telah mendera
kala kuputuskan semua ini
tetaplah bersamanya

sekali lagi,,maaf..

prelude

dari sebuah pelabuhan yang lama
menanti kisah perjumpaan dan
kasih perpisahan,sungguh
menafikan sejuta makna pesona


menyandarkan harapan juga kepalsuan
menebarkan benih kebencian
pada peninggalan masa silam
tentang cinta dan persahabatan


terlalu dini tuk ucap selamat tinggal
namun cukup lama waktu tuk bersulang
masa dan tempat hanya diorama
paradox sejarah yang terulang-ulang


dari tiupan angin dan dongeng para saudagar
menjual janji serapah di tiap lalu-lalang
yang kita pajang sebagai kiasan
di rak-rak buku
lemari
hingga kasus
tempat berbaring


apa ini ?
Kebohongan?

bayang

tertegun senyap tiba-tiba sekelebat bayangan
menyapa di pinggir lamunan
aku tertohok terjengkang ke belakang
terkesia rupa makhluk gelap tak berwujud
ternyata hanya bayangku sendiri


entah sudah berapa lama aku telentang
menatap mata liar gagapi serpihan-serpihan
sisa-sisa keberanian yang sekejap tadi mendadak hilang
tersandar di dinding kayu rapuh yang kapanpun bisa rubuh
menimpaku.aku tak terlalu peduli
terlalu angkuh tuk akui jenjang nyali
yang tidak berarti


enyah engkau bayangan!
Bayang ketakutan
dan kesepian

Sebuah Resistansi Klasik Tentang Keraguan

Sudah lama saya tidak menulis entah kenapa terasa dunia begitu banyak palang berduri disana-sini. Banyak gang,jalan,simpang,juga jalur-jalur buntu sehingga sulit dilewati bahkan tidak berujung sama sekali.
Terkadang saya berpikir betapa naifnya bila harus terus berserah dan menerima bahwa semua itu adalah ujian.

Dia memandang saya sendu,seorang gadis,tidak terlalu cantik namun begitu menawan hati dengan senyuman dan sentuhan yang mensejukkan hati. Dengan segala cobaan ini saya merasa sedikit berbahagia ditemani olehnya.
Calon pendamping hidup,calon ibu dari anak-anak saya kelak. Saya boleh berbesar hati betapa kesetiaanya sangat bisa diandalkan.

Namun tampakny Tuhan berkehendak lain. Banyak hal dan kesempatan yang salah tempat serta keputusan-keputusan gegabah yang mungkin saja membuat saya frustasi jika harus menghadapi semua ini sendirian.

Kekosongan telah diisi namun jalan yang kami tempuh tampaknya takkan se-mulus harapan. Banyak hal yang harus diselesaikan dan dicarikan jalan keluarnya. Hidup baru akan dimulai dan banyak pula yang musti diperbaiki,entah itu karakter,idealisme hingga cara berpakaian.

Saya lelah bertualang,saya ingin menata hidup kembali dari awal dan tampaknya bukanlah sesuatu yang mudah. Keraguan,kebimbangan,keputus-asaan,kekecewaan,sakit hati,airmata,dan himpitan ekonomi adalah makanan sehari-hari.
Walau tak sedikit pula canda dan tawa dalam keriangan menghadapi problema. Setitik keinginan untuk berbuat baik memang tak pernah lepas dari godaan.

sarkastik

lelah
tapi hati ingin menulis
entah menulis apa
namun jelas tidak harus
indah

walau hasil tetaplah
gelap seperti suasana
alam raya yang tak juga
lelah menimpa bencana

gelap terselimut rindu
yang menggebu
yang menyiksa mata batin
hingga terasa buta
segenap langkah

tak tentu arah
tak tahu apa
yang harus dilakukan

entahlah
segala selalu saja begitu
membuat hati cengeng
dan terasa syahdu

ah..persetan dengan kecengengan

kutukan

mataku tak mau terpejam
menerawang ke alam kejadian
hingga terpuruk salah jalan

sakit hati
sakit jiwa
sakit nurani
mengapa awal selalu mem-beban
mengapa mimpi selalu menghalang
mengapa sulit sayap ini ku bawa terbang

lalu menggelepar dingin
sendirian
perut yang lapar turut menekan
muka di belakang tak kesampaian
menggila sungkan

sayatan demi sayatan
perih menelan
tubuhku yang
telanjang

buntu


Ketika tatapan terakhir menjangkau
Meraba tusuk ke dalam usus besar
Runtuh merajuk akal yang kian meronta

Segenap cakrawala senja dipagi buta
Semilir aroma busuk rasuki jiwa
Anyir menyeruak segarkan dada
Lega namun tertumbuk asa

Membentur sengsara derita
Remah-remah merana jadi sia-sia
Tenggelam bersama horizon yang resah
Tak kunjung temukan celah

Menggelepar di ujung tak bertuan
Tanpa percik mata air sungai
Tanpa arah menjarah rerimbun ilalang
Gelap sepanjang hari dan hari

Seketika waktu berlalu tak terasa
Semakin jauh berjalan dosa dan sengsara
Menikam belati di tulang sumsum
Sisipkan batu di ufuk tatapan yang nyalang

Hujan Pertama Di Bulan Oktober


Akhirnya turun juga
Hujan pertama di bulan oktober
Saat rinainya menghujam kerontang jalan
Perlahan aliri selokan tertabur benih tandus
Terabas hening kemarau panjang

Seperti timbunan rindu yang gersang
Semakin dingin basahi relung kesedihan
Sendiri menghitung rintik demi rintik
Gagapi gulita mendung jelaga malam
Semerbak menguar aroma tanah yang niscaya

Sementara kabut menusuk tulang
Dahaga mencibir tetes hujan yang tenang
Basuh perih menelan kasih yang hilang
Disapu rian anak-anak menari di pancuran
Sembari merintih tasbihkan dingin nan senyap

Gemericik di atap
Sendu iringi gelagat sang kunang
Mengejek sebelah tangan yang basah
Tuk menyeka rindu yang menganga
Jatuhkan nisbi terkapar di pangkuan alam..

Bunuh Diri Seorang Superhero


Malam yang terapung senyap
Asa mematah arang dikepung gelap
Tiada lagi arti bersembunyi dalam tatap
Sesengguk meratap tangis dan lelap
Bilah belati menancap berharap
Setetes cahaya yang tak lagi meresap
Terasa sunyi sendiri di rimba gelap
Singasana perangkat-perangkat pelenyap

Hening sesaat tetes demi tetes
Aliran darah basuhi bimbang
Sebuah siksa jadi yang tak diharap
Elegi teror meneror hingga buluh nadi
Membelah kulit baja
Urat kawat
Demi secuil harga diri

Yang nista
Dan tak lagi berharga
Dikala uang jadi berhala segala usia
Memabukan
Melahap inseminasi kapital
Semua berhitung nominal
Demi sebuah
Delusi keputus-asaan

Cerita Seonggok Daging


Dia bicara melalui matanya,dan
Aku tahu tak ada kebohongan disana
Dengan mengulum senyum disapanya senja
Beratus ratus senja riang berkeliling
Disekitar pelupuk mata yang mulai layu kerut mengerut

Guratan usia disepuh tembaga
Mengembang redup cahaya cakrawala
Letupkan emosi jelaga kangkangi nirwana
Dia tetap angkuh tertawai dunia
Dengan ketulusan membabibuta

Bilik serambi tak jua jengah
Gurauan kecil temani bumi yang ramah
Memberi sekat pada jejaring kapital
Yang kuasai tanah ladang dan sawah
Berjeruji logam birokrat nan pekat

Dia bicara dan masih terus bicara
Melalui matanya
Dan aku tahu
Tak ada kebohongan disana

Masih seperti dulu

Nyanyian Kehampaan


Malam ini ku mengambang
Ini petang terasa panjang
Enyahkan terang sepanjang siang
Yang terik menyengat sekujur tulang
Hingga tak sekejap pun hawa yang pulang


Tertatih letih kedua belah angan
Berpasang pasang kelabui badan
Terengah hirup setitik awan
Mungkin nanti kujumpai sekawanan
Merpati pulang dengan ranting dalam kandang


Kembara imaji menguar dalam ingatan
Tentang aku,kau,dan rembulan
Pantulkan wajah nan sendu segelap karang
Tegak menantang malam dan siang
Sepanjang usia anak cucu di hari kemudian


Tuturkanlah itu dongeng sekali lagi kawan
Mungkin kan kau temukan jawaban
Setelah beberapa se-peminuman teh kau bertahan
Di hadapan angkuh sang surya yang nyalang
Nyinyir mencibir kepada kita sepasang jalang

Senja Yang Basah


Menatap keluar
Hujan disana
Sepanjang sore yang kelu
Derasnya hingga kebusukkan larut
Hujan sore ini...


Seiring nafas sang alam
Dingin dan tak tahu
Apa gelap sampai malam
Temani sendiri bersama basah


Di tiap riaknya mengejek
Nisbi begitu jauh
Rindukan kekasih disana
Apa tatapnya masih sama


Sendu merayu melas
Penuh cinta basah namun hangat
Aah..tulang renta menggigil
Mengingat hamparan hujan


Terasa menyayat guntur dilangit
Seperti lelap awan yang mendengkur
Seketika lenyap kantuk yang menggantung

Oh
Cintaku
Masihkah hujan mengingatkan kita ?

Suntuk Tengah Malam


Malam kerontang
Dekap dingin memuram
Selintas sungging senyum membayang
Rayu hayal laju rapuh delusi
Ratap sengsara serangga
Nyanyikan rindu menggoda


Selagu rintih merintih
Sayup usap lembut angin seroja
Ingin kecup dan jilati waktu
Tanpa hadir bidadari di kesunyian
Seakan menuju kekeringan
Lamunkan siraman tawa kecil itu


Suntuk menatap jam berdentang
Pelan mengejek keruntuhan diri
Yang kosong menimang harapan
Teringat kan janji melontar duri
Dari dalam hati membungkus sepi
Renta usia radang rentan


Oh malam yang kerontang
Tiadakah lagi asa melayang
Hanyutkan mimpi bersama bayang
Pujian hati membawa bidadari ke awang-awang

Murka Alam


Ketika malam bicara tentang kesunyian
Terasa dingin kebisuan berselendang kelam
Terakhir ku ingat seraut wajah nan muram
Ngelangut sendiri murung tak terpejam


Berhari ku coba fahami makna keadaan
Mengapa cuma awan yang kudapatkan
Sosok tanpa bayangan panas tak terlukiskan
Terpaku amati ruang yang teramat dalam


Katakanlah wahai peri-peri alam
Mengapa hanya ada aku dan orang-orang kesepian
Kalut dalam pertikaian,bencana dan kepentingan
Hingga rasa mengendap acuhkan alam


Kini jiwaku terlelap ketakjuban
Tak berdaya hadapi kutukan dan dendam
Merintih nikmati sepinya kerinduan
Bersama angin,gunung dan bintang


Terasa tiba waktuku tuk pulang...

Mapan


Saat lelah hati berkelana mencari kata
Kehadiran makna selalu saja hampa
Menepis sangka yang tak ada sebelumnya
Seperti tak akan ada lagi arti sempurna
Dari dunia yang tercemar nafsu dan angkara


Serasa muak ingin muntahkan segala
Tipu daya fana dunia berhasil memaksa
Manusia menelan mentah kapitalisasi dunia
Uang
Harta
Benda
Tahta
Jadi dewa
Hingga lupa dunia cuma sementara


Aku yang ter-marjinal budaya
Hanya bisa tertawa,ini budaya apa?
Menggerus nilai-nilai sosial yang ada
Lupa sejatinya aku menentang mereka
Walau kadang pun aku adalah mereka
Pemuja hedonis
Penganut sekuler
Mengejar gengsi


Membabi buta

Wind


You're anonymous
You're nameless
You shake all of my soul
Like windtalkers bring their noise
See the sun above swirl over
God made a mysterious ways
Mysterious destiny
Mysterious identity
God made his own beauty
Deep inside my throat struggle up
To get my breath follow your wind
And gone with you nameless anonymous
I'm waiting for you to blow up a words
And touches my skin everytime you came
Sometime you came
Sometime you leave


If that's the way it is
So be it..

Yang Maha Esa


aku ingi menggambar dirimu
tapi bagaimana aku menggambarmu
aku belum pernah bertemu denganmu
kerap kubayangkan kau pergi bersama hujan
tiap kali kupandang sungai
aku memandang dirimu

Minggu, 10 April 2011

Tanpa judul

sejenak terjaga mimpiku tertahan
desiran beliung megah rayapi jendela
terdengar bisikannya ketuk hatiku
gugup jiwaku menjawab desahnya
ku masih mengantuk
menerima sekenanya cinta yang hampa
mungkin juga semua cuma bualan
atau mungkin syarafku terganggu
termangu temani jendela yang terbuka
menari seiring angin membelai
betapa kuingin melanjutkan mimpi
yang tertunduk lesu kutinggal sebentar
entah sudah berapa lama bayangannya
hinggap menyusup ke dalam mimpi
menyelinap lewati relung labirin dalam hati
kusudah lupa wajahnya
namunku tak pernah lupa senyumnya
kusudah lupa suaranya
namunku tak pernah lupa tangisnya
kusudah lupa cintanya
namunku tak pernah lupa sentuhannya

Distrust society

hidup adalah hak
makan juga hak
air
rumah
bumi
tempat berpijak

pertiwi yang diperkosa tirani
pembangunan
pemerataan
nonsense !
Busung lapar mewabah
terselip di sela-sela rumah mewah

negeri bopeng (katanya) beradab
menodong rakyat dengan moncong senjata
derap sepatu serdadu serdadu
dibeli rakyat tuk injak rakyat

(sebagian teks hilang..)

marjinal

sendirian menikmati kopi

pagi hari dengan selembar koran kemarin

kepulan sebatang rokok senyawa dengan udara

bergelombang semburan suara dari radio

gairahkan birahi yg mulai lusuh


anti-sosial

terpinggirkan

kuldesak

tidak berdaya

terasing dari peradaban

persetan

Terasing


sepi
tatkala hati menepi menyendiri
menanti kasih di seberang labirin yang coba tundukan takdir
sesak cinta itu dibentang jarak dan waktu tarik menarik
sementara hidup terasing menyelinap dicemooh mengerdil
jauhnya waktu yang ingin digapai semburkan dahaga mengalir
melayang tak tentu arah mengambang senyap tak stabil
sang kala yang terseok memanggul sunyi disini
tertahan berdiam diri sakit terhalau nurani yang pahit
jenuh beriak di endapan basah sungai kerinduan
melantun sajak lamunkan wajah sang bidadari pagi
membawa terbang sunyi yang menyiksa diri
serapuh sayap kupu-kupu membelah gelap yang dingin
cukup lama menapaki jurang berkerikil tajam nan curam
menanjak menggapai diterpa angin diburitan sedari tadi
runtuhkan ego
luluhkan keyakinan
sampai kapan kan berhenti
sesak cobaan menelan cinta dan cita ke dalam jelaga halusinasi
bertahan dengan setitik bayangan robohkan angkuhnya nurani
pun galau arungi hasrat yang menggelepar mencari harmoni
tatkala siang bagai menghujam ubun-ubun dan malam mendekap hati
bergejolak buih nestapa menggeliat meluruh ke dalam waktu
gelepar nista
tanpa harapan
ditebas pilu mendalam
tak dapat terpejam tanpa belaian kasihnya disini
sentuhan kangen
dekapan asmara
lambungkan ketiadaan gundah
merana sendiri di tepi keangkuhan raga dan jiwa
sakit !

Setitik Doa


Hati berdesir
Tak tahu apa yang bisa dilakukan
Malam-malam berlalu tanpa bisa terlelap atau bahkan sekedar memejamkan mata
Hari-hari berlalu begitu panjang
lama
dan menyiksa
bergetar
Berkelindan bayangan-bayanganya
Gambaran senyumnya
Sayatan isak tangisnya
Begitu pilu


Rasuki akal sehat dan kewarasan jiwa


Aku terjatuh
Aku terluka
Tidak karena kecewa
Namun rindu yang syahdu


Seperti sembilu yang ingin menguliti dari ujung rambut hingga kuku-kuku
Tersiksa batin meraba kenangan sekejap bersamanya


Sebagai awal tuk hidup bersama selamanya
Terasa berat beban ini
Tak mampu hadapi sendiri
Tak bisa melangkah dengan setengah hati


Sakit rindu ini merajam nurani
Pedih rindu ini menyayat jiwa


Tuhan tolonglah..
Biarkan kami bersama
Bantu kami meraih ridho-Mu
Berikan bahtera yang utuh
Untuk arungi misteri-Mu


Arungi titian demi titian
Dari waktu ke waktu
Dari semenanjung cinta
Hingga pelabuhan maut dengan jalan-Mu


Tuhan terangilah jalanku
Meraih dia di ujung sana
Agar ku bisa tunaikan
Tugas sebagai manusia sempurna
Berikanlah setitik keagungan-Mu
Agar terpancar kasih lewat makhluk-Mu

cintaku


ku masih terjaga
seperti yang sudah-sudah
hanya dirimu
yang selalu melintas
halangi kantuk dan lelah memujamu


malamku sepi
tanpa dirimu disisi
terbaring beku
menatap dinding yang bisu
saksi dimana kita pernah bercumbu rayu
berucap janji katakan
bertemu lagi disini


tiada airmatamu dibahuku
tiada gelak candamu dimataku
tiada manjamu membujukku
tiada belai lembut tanganmu di rambutku
tiada desah risau di telingaku


ku coba menafikan rindu
namun semakin menyiksaku
ribuan waktu pasti kan membeku
sampai suatu saat kau jadi milikku
selamanya dalam cinta kasih yang utuh

Proyek Insomnia


Seperti malam biasanya,anganku melayang. Tak bisa tidur. risau akan kemanusiaan dan dunia yang makin tidak keruan. Digilas mesin-mesin kapitalis dengan segala kebohongan dan propaganda.

Kepalaku jadi pusing,otakku bekerja keras. Kuperas..apa yang kulakukan ? Pun aku cuma korban kebingungan. Jalani hidup apa adanya serasa tidak berarti,ingin berbuat sesuatu,tapi mulai dari mana ?
Sementara aku pun butuh makan sehingga kehilangan kemanusiaan. Aku tak lagi peduli cinta cuma ingin orgasme. Bangsat !

Aku ingin merubah dunia,namun dunia lebih dulu merubahku. Aku menghujat koruptor tapi aku pun seringkali korupsi seperti ku benci wanita namun ku butuh mereka.

Aku tambah pusing,terlalu banyak kesengsaraan. Rakyat dibodohi,dibohongi janji-janji manis politik. Rakyat hanyalah angka ! Dihitung,dikalkulasi,dibujuk rayu. Setelah pemilu rakyat berakhir menjadi kerbau,menonton,melongo,dicucuk hidungnya,dipecut,ditelantarkan,dilepas mengais-ngais makanan. Sementara mereka di gedung yang megah nan terhormat sibuk membagi-bagi 'jatah' kursi,parsel,kue,mobil,uang,undang-undang,plesir,pelacur. Dan rakyat yang membayar 'tontonan' biadab itu. Dengan hutang-hutang luar negeri,obligasi,harga BBM,sembako,biaya sekolah,kesehatan,pajak,rekening listrik,air,WTS,dan lain sebagainya melambung tak terkendali.

Tidurku jadi tak nyenyak. Maling berkeliaran,rampok bertebaran,parlente bertampang ramah bermobil mewah ber-plat garuda di ruang ber-ac,kursi empuk namun mereka semua cacat ! Tuli,buta,juga bisu ! Tak (mau) tahu,tak (mau) mendengar,tak (bisa) bicara sementara rakyat kelaparan,bimbang,galau,dan resah apakah esok masih kuat menghadapi hari dengan perut kosong ?

Aku mulai mengantuk,biasanya kumatikan lampu tapi sekarang lebih sering mati sendiri. Atau mungkin PLN kehabisan dana untuk dikorupsi,jadi mereka mengkorupsi listrik untuk 'menerangi' simpanan masing-masing ? Hehehe...

Sang Kala


Satu kata menghampir
Mampir menelan bulan sabit
Jelajah purnama terhenyak
Merengkuh bumi merangkak-rangkak
Malam merenung
Rayapi jasad-jasad mengering

Setianya mimpi menetap
Mereguk tiap tetes dahaga
Antarkan rindu ke pojokan kerongkong
Kangkangi malam yang kian kelam
Pun sangkala terendap sepi. Sendiri


Ironi jarak dan waktu makin lahap
Kikis usia serpih serpih
Merenta
Menunda gelap
Walau bulan kian lancip
Angkuh meregang bumi
Nyawa purnama lelap dibuai mimpi


Entah apalagi yang bisa dirasa
Habis naluri digerus masa
Rapuh terbungkuk dan hina
Gelagat jahat menumpuk di pucuk usia
Mimpi buruk menelan timbunan dosa

Screamo


merajam
memohon
meratap
tak berguna
sia sia

Semakin kentara khilafnya
memusuhi cinta bangsat
Digelayut mega kecewa ngelangut sesal dan muram

Kesal
Menyemburat
Muntahi caci maki
Sumpah serapah mengutuk diri sendiri
Semburkan geliat berahi melayang
Muak digerus gelisah abadi
Sedikit demi sedikit
Semakin sakit

Celoteh ruang dengan candunya
Melesat mengotak
Kebiri naluri
Berteriak
Kumandangkan perang
Terhadap apapun
Siapapun
Mengeras
Membatu
Membeku
Membisu

Musnah


Berangkat dari sebuah bosan
Putik-putik mimpi menjadi kosong
Paraunya riak hujan menemani
Keterasingan tiada tara dan sunyi
Lelap sang surya dengan tidur panjang
Sisakan gemurat kiamat
Selaksa akhir dari segalanya


Arang mematah semakin legam
Hilangnya kejujuran jadi abu
Derap langkah tentara semakin laju
Mengepung ulat kecil dalam kepompong
Diberondong peluru-peluru nista


Tiada lagi kicau merpati
Tiada lagi kupu-kupu menari
Tiada lagi misteri belantara
Tiada lagi manusia bertegur sapa


Langit jingga teradiasi
Musnah segala tempat
Sekedar tuk berteduh
Kuil-kuil rata dengan berhala tehnologi
Manusia melupakan tuhan
Propaganda habisi sesama
Segala
Semua

Sekarat


Jeruji besi ku terlahir
Buta
Tuli
Buntung
Pingsan
Hidup
Tapi merasa mati
Menuruti segala yang
Dikehendaki
Para tuan
Majikan
Pimpinan
Ketua
Kepala
Juragan
Dan 'wali rakyat'


Aku tak sendiri
Banyak saudaraku senasib
Cuma mengekor
Cuma menurut
Cuma menjilat !


Bahkan akal dan nurani
Tak lagi berfungsi


Makan
Minum
Kencing
Berak
Cuma itu yg dilakukan
Sampai birahi
Pun dikebiri


Putus asa ??


Tidak !


Ku masih punya mimpi
Semua akan mulai
Setelah mati
Diatas
Atau
Dibawah
Tak peduli !


Semua menunjukkan eksistensi


Sebagai manusia sejati

Celoteh Jahanam

Lihatlah aku,

Seorang jahanam

Berjalan diatas bumi

Congkak teriakkan kebebasan

Melanglang jagat sendiri

Telusuri nurani tak bertepi



Lihatlah aku,

Seorang pendosa

Menebar benih angkara

Bangga dengan hitamnya jiwa

Temani iblis di neraka

Menertawai takdir

Beraki segalanya



Apalah arti semua ini

Kita hanyalah boneka

Entah iblis atau malaikat

Yang akan membawa kita

MenghadapNya



Dunia dengan tipuannya

Neraka dengan ancamannya

Nirwana dengan janjinya

Mati dengan pilihan

Terserah !


'dedicated to gayus'

mimpi


Dari seonggok malam yang terasing

Kau hadir menyeruak takdir nan kering

Antara ceruk kelam jemari keranda

Menanda akhir untuk memulai

Mengunduh gerusan gerusan dosa



Jeri tatapku disela gugusan nyawa

Tersesat sia-sia menggenggam bara

Jerit-jerit sumbang tak bersuara

Desau nafas berujung sabetan pedang

Membelah kesunyian

Hidangkan kengerian



Terlantun kalimat kalam

Membakar jahanam berlumur dendam

Nista congkak berjalan tanpa tujuan

Setan pun terbahak riang

Mencekam tulisan prasasti dan nisan



Kini

Terbunuh keterasingan

Dibuai dendam

Tatkala jemari malam meraba rusuk

Dingin

Dihantam gada

Mendera di tengah dada

Sakit

Tak berhingga

Terkutuklah aku !

Senin, 04 April 2011

(Untitled)


Eka adalah satu adalah bumi tempat makhluk hidup dan dihidupi. Dwi adalah dua adalah sawah tempat tumbuhan tumbuh. Tri adalah tiga adalah air rumah para ikan. Catur adalah empat adalah angkasa rumah bangsa burung. Panca adalah lima adalah gunung yang mengukuhkan semesta. Sad adalah enam adalah manusia penata dunia. Sapta adalah tujuh adalah raja manusia nabi di bumi. Hasta adalah delapan adalah pendeta yang tekun bertapa. Nawa adalah sembilan adalah dewa yang dipuja manusia. Dasa adalah sepuluh adalh penanda kesempurnaan.

Bencana di musim ketiga. Bumi kehilangan seluruh dirinya,tak ada hujan,kalau pun ada ia jatuh di musim yang salah,membuat tumbuh-tumbuhan sekarat. Tanah kering rekah selebar-sedalam jurang berisi hewan melata yang berbisa. Para binatang meraung di jalan-jalan. Panas yang mengerikan tanpa tempat berteduh,mencipta kematian di mana-mana. Banyak tumbuhan tak bisa tumbuh,mati oleh sepinya air,menjerit dimangsa hewan-hewan lapar. Langkanya tumbuh-tumbuhan membuat langka makanan. Manusia-manusia menderita. Kejahatan menjadi-jadi,saling berebut kehidupan menghalalkan segala cara. Hewan-hewan air,bangsa ikan menderita di mana-mana,panas tak mendapat kesejukan. Yang kecil mati jadi mangsa yang besar,ibarat makan kawan sendiri pun bisa terjadi. Bangsa burung merintih mencari pengungsian,saling makan,hingga banyak yang mati jatuh ke tanah,berserak di mana-mana. Gunung penyangga semesta terjungkal,hingga bumi hilang keseimbangannya,kejatuhan yang mencipta sengsara. Gempa bumi terjadi,katakanlah duapuluh satu kali sehari,merusak keindahan dunia. Orang kebanyakan menderita,kematian menjadi-jadi,yang kuat makan yang lemah,hilanglah tatanan semesta.

Raja tak kuasa menghentikan bencana,karena hanya manusia biasa yang tak luput dari bahaya. Pendeta tekun memanjatkan doa,meminta anugerah dewa memohon lenyapnya sang bencana. Mereka berlari ke puncak-puncak gunung,menghujankan bunga-bunga,tapi bencana tak kunjung reda. Akhirnya pasrah pada dewata,hati sumarah pada Yang Kuasa,jika hendak melebur dunia. Dewa bisa sakit tapi tak bisa mati,menderita tak terkira. Sempurna sudah bencana,di langit,gelap pekat,kilat dan petir bertubi-tubi.berkelebatan, ekor Hyang Anantaboga berpusing seperti kitiran,tanduk lembu Andini,kawah Candradimuka menggelegak,meluap lahar hingga ke bumi,makin menambah kesengsaraan.

Lega hati Yang Kuasa,telah memberi ujian pada dunia,sebagai peringatan untuk manusia pada Sang Pencipta.

Tetapi ada makhluk serupa bocah kembar. Yang satu membawa cambuk,ingin menggiring angin,yang satu membawa tempurung,maksud hati menguras samudra. Keduanya berpapasan di sebuah perempatan,salah kata salah ucap berubah menjadi perkara,bergumul berebut unggul,demikianlah asal muasal bencana.


Dikutip dari buku BON SUWUNG karya Gunawan Maryanto

Kamis, 31 Maret 2011

Bukuku Malang,Bukuku Sayang


Setelah sepi dari kegiatan akhirnya penerbit dari Yogya menggelar dagangannya berupa pameran dan bazar buku murah. Tentu saja saya tidak akan melewatkan kesempatan seperti ini,dengan harga mulai dari Rp.2000 hingga Rp.20.000 saya bisa mendapatkan bacaan yang cukup berkualitas.

Diadakan di Gedung Pertemuan Daerah Salatiga tempat ini cukup mudah dijangkau dan strategis serta tidak jauh pula dari tempat tinggal saya.

Satu hal yang menyenangkan adalah ruangan yang cukup luas dan tidak banyaknya pengunjung yang datang membuat saya puas berkeliling. Entah karena hujan atau apa pameran kali ini terasa sepi berbeda pada saat pameran distro yang digelar ditempat yang sama beberapa hari yang lalu. Padahal untuk pameran distroNclothing minggu lalu pengunjung dikenakan tarif masuk sebesar Rp.5000 namun tetap saja pengunjung terasa antusias.

Saya menemukan sesuatu yang kontras disini dan itu sangat mengganggu saya bahwa kekhawatiran sejumlah kalangan kini menjadi kenyataan.
Minat baca generasi muda kita yang sudah mulai surut tergerus budaya pop dan kapitalisme sehingga hanya suka menghias diri dengan merk-merk dan melupakan gizi bagi otaknya yang juga membutuhkan santapan (bacaan)

Namun saya berharap semoga semua itu tidak benar atau menjadi kenyataan dan hanya merupakan kekhawatiran yang tidak beralasan.

Selain itu saya juga menemukan beberapa hal yang membuat pameran ini sepi :
Salah satunya adalah kurangnya promosi,saya hanya menjumpai setidaknya hanya satu spanduk di lokasi lain selain di tempat pameran,tidak seperti pameran lain yang menyebar spanduknya dimana-mana termasuk didepan sekolahan.

Kemudian tata dekorasi yang kurang menarik dipintu pameran juga membuat orang-orang tidak tahu bahwa ada acara didalamnya kecuali mereka memperhatikan spanduk di pintu masuk parkir.

Itu hanya beberapa hal yang saya kira perlu diperhatikan oleh panitia penyelenggara,semoga kedepannya bisa jauh lebih baik lagi.
Saya yakin buku masih mempunyai tempat di hati kalangan muda,saya,dan kita semua.
Amin.

Rabu, 09 Maret 2011

Halo

Ini adalah tulisan saya yang pertama dan merupakan permulaan. sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada beberapa pihak yang telah memberikan kontribusinya untuk blog ini secara langsung maupun tidak langsung.

Kedua,saya ingin menyampaikan bahwa sebagian dari konten blog ini merupakan penerbitan ulang dari beberapa sumber yang telah saya cantumkan pada label. Jika anda merasa bahwa ada konten yang melanggar hak cipta silahkan hubungi admin dan saya akan segera menghapusnya dari blog ini.

Ketiga,terima kasih kepada anda yang telah meluangkan waktunya yang berharga untuk mengunjungi blog ini. Dan saya akan sangat berterima kasih pabila anda berkenan meninggalkan komentar anda yang berharga.

Salam,penulis.
 
◄Design by Pocket Distributed by Deluxe Templates