Senin, 04 April 2011

(Untitled)


Eka adalah satu adalah bumi tempat makhluk hidup dan dihidupi. Dwi adalah dua adalah sawah tempat tumbuhan tumbuh. Tri adalah tiga adalah air rumah para ikan. Catur adalah empat adalah angkasa rumah bangsa burung. Panca adalah lima adalah gunung yang mengukuhkan semesta. Sad adalah enam adalah manusia penata dunia. Sapta adalah tujuh adalah raja manusia nabi di bumi. Hasta adalah delapan adalah pendeta yang tekun bertapa. Nawa adalah sembilan adalah dewa yang dipuja manusia. Dasa adalah sepuluh adalh penanda kesempurnaan.

Bencana di musim ketiga. Bumi kehilangan seluruh dirinya,tak ada hujan,kalau pun ada ia jatuh di musim yang salah,membuat tumbuh-tumbuhan sekarat. Tanah kering rekah selebar-sedalam jurang berisi hewan melata yang berbisa. Para binatang meraung di jalan-jalan. Panas yang mengerikan tanpa tempat berteduh,mencipta kematian di mana-mana. Banyak tumbuhan tak bisa tumbuh,mati oleh sepinya air,menjerit dimangsa hewan-hewan lapar. Langkanya tumbuh-tumbuhan membuat langka makanan. Manusia-manusia menderita. Kejahatan menjadi-jadi,saling berebut kehidupan menghalalkan segala cara. Hewan-hewan air,bangsa ikan menderita di mana-mana,panas tak mendapat kesejukan. Yang kecil mati jadi mangsa yang besar,ibarat makan kawan sendiri pun bisa terjadi. Bangsa burung merintih mencari pengungsian,saling makan,hingga banyak yang mati jatuh ke tanah,berserak di mana-mana. Gunung penyangga semesta terjungkal,hingga bumi hilang keseimbangannya,kejatuhan yang mencipta sengsara. Gempa bumi terjadi,katakanlah duapuluh satu kali sehari,merusak keindahan dunia. Orang kebanyakan menderita,kematian menjadi-jadi,yang kuat makan yang lemah,hilanglah tatanan semesta.

Raja tak kuasa menghentikan bencana,karena hanya manusia biasa yang tak luput dari bahaya. Pendeta tekun memanjatkan doa,meminta anugerah dewa memohon lenyapnya sang bencana. Mereka berlari ke puncak-puncak gunung,menghujankan bunga-bunga,tapi bencana tak kunjung reda. Akhirnya pasrah pada dewata,hati sumarah pada Yang Kuasa,jika hendak melebur dunia. Dewa bisa sakit tapi tak bisa mati,menderita tak terkira. Sempurna sudah bencana,di langit,gelap pekat,kilat dan petir bertubi-tubi.berkelebatan, ekor Hyang Anantaboga berpusing seperti kitiran,tanduk lembu Andini,kawah Candradimuka menggelegak,meluap lahar hingga ke bumi,makin menambah kesengsaraan.

Lega hati Yang Kuasa,telah memberi ujian pada dunia,sebagai peringatan untuk manusia pada Sang Pencipta.

Tetapi ada makhluk serupa bocah kembar. Yang satu membawa cambuk,ingin menggiring angin,yang satu membawa tempurung,maksud hati menguras samudra. Keduanya berpapasan di sebuah perempatan,salah kata salah ucap berubah menjadi perkara,bergumul berebut unggul,demikianlah asal muasal bencana.


Dikutip dari buku BON SUWUNG karya Gunawan Maryanto

 
◄Design by Pocket Distributed by Deluxe Templates